Indonesia telah menjadi salah satu pasar utama bagi TikTok Shop, yaitu sebuah platform e-commerce milik TikTok yang memungkinkan pengguna TikTok menjual produk secara langsung melalui video pendek maupun live streaming. 4 Oktober lalu, Menteri Perdagangan Indonesia mengumumkan bahwa TikTok Shop ditutup dan mengizinkannya hanya sebagai alat promosi saja. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap pertumbuhan pesat TikTok Shop yang telah mengubah lanskap perdagangan online di Indonesia. TikTok Shop awalnya didirikan sebagai platform yang memungkinkan pengguna TikTok untuk menjual produk secara langsung melalui video pendek. Namun, platform ini telah menjadi tempat utama bagi penjual online untuk berdagang barang-barang mereka.
Pro dan kontra dikalangan masyarakat muncul. Sebagian merasa penghasilannya berkurang karena tidak bisa berjualan di TikTok shop, namun sebagian merasa bahwa adanya TikTok shop merugikan banyak pedagang di pasar. Lantas apa saja akibat ditutupnya TikTok shop ini bagi UMKM di Indonesia? Apakah menguntungkan UMKM atau justru malah merugikan UMKM? Nah pada artikel ini Sosiakita akan membahas dampak dari kebijakan ini, khususnya bagi UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), toko-toko di TikTok, dan creator affiliate.
Alasan TikTok Shop Ditutup
TikTok Shop memang telah resmi ditutup di Indonesia. Menurut Menteri Perdagangan Indonesia, keputusan ini diambil untuk melindungi industri perdagangan online yang lebih besar di Indonesia. Dia mengatakan bahwa TikTok Shop telah menjadi pesaing yang tidak sehat bagi platform e-commerce lainnya dan telah menciptakan ketidaksetaraan dalam persaingan bisnis online.
Langkah ini juga diberlakukan untuk mengatasi isu-isu terkait keamanan dan regulasi yang berkaitan dengan TikTok Shop. Ada kekhawatiran bahwa platform ini telah digunakan untuk aktivitas ilegal dan penipuan online. Dengan menutup TikTok Shop, pemerintah berharap dapat memperketat kontrol terhadap praktik-praktik yang merugikan konsumen.
Namun, Menteri Perdagangan juga memberikan kelonggaran dengan memperbolehkan TikTok Shop untuk tetap digunakan sebagai alat promosi. Artinya, pengguna masih dapat menggunakan platform ini untuk mempromosikan produk mereka, tetapi mereka tidak dapat menjual langsung melalui TikTok Shop.
Dengan kata lain, layanan ini masih bisa digunakan untuk berjualan asalkan memenuhi beberapa syarat yang telah tercantum dalam Permendag 31 Tahun 2023. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa platform social-commerce dilarang untuk melakukan transaksi, dan harus dipisah. Social-commerce sendiri diartikan sebagai penyelenggara media sosial yang menyediakan menu, fitur, dan fasilitas tertentu untuk pedagang bisa memasang penawaran barang dan atau jasa, melalui satu aplikasi. Dengan adanya peraturan tersebut menjadi dasar adanya tindakan penutupan TikTok Shop, untuk mematuhi dan menghormati hukum di Indonesia.
Dampak bagi UMKM
UMKM adalah salah satu sektor yang paling merasakan dampak dari TikTok Shop ditutup. Sebelumnya, platform ini memberikan peluang besar bagi UMKM untuk menjual produk mereka secara langsung kepada konsumen dengan biaya yang relatif rendah. Selain itu para konten kreator juga diuntungkan saat mereka bergabung menjadi affiliate. Penutupan TikTok Shop bisa menghambat kemampuan UMKM untuk mencapai pangsa pasar yang lebih luas dan mengurangi akses mereka ke pelanggan potensial.
Namun, ada juga peluang bagi UMKM untuk tetap memanfaatkan TikTok sebagai alat promosi. Mereka dapat terus membuat konten menarik dan kreatif untuk mempromosikan produk mereka, meskipun penjualannya tidak langsung melalui TikTok Shop tetapi melalui E-commerce lainnya, seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lainnya.
Dampak bagi Toko-Toko di TikTok
Tidak hanya berdampak pada UMKM, penutupan TikTok Shop ini juga berpengaruh besar pada toko-toko yang telah menjalankan bisnis mereka melalui TikTok Shop. Mereka perlu mencari alternatif media lain untuk menjual produk mereka, seperti berpindah ke platform e-commerce lain atau mengandalkan promosi melalui konten TikTok. Pemilik toko-toko di TikTok perlu bersiap untuk menyesuaikan model bisnis mereka dan mencari cara baru untuk tetap relevan di pasar online.
Dampak bagi Kreator Affiliate di TikTok
Kreator affiliate, yang mendapatkan komisi dari penjualan produk yang mereka promosikan di TikTok Shop, juga akan terkena dampaknya. Adanya kebijakan TikTok Shop ditutup ini bisa mengurangi pendapatan mereka secara signifikan, karena penjualan langsung tidak lagi diizinkan. Kreator affiliate perlu mencari program afiliasi yang ada di luar TikTok Shop atau mempertimbangkan untuk berkolaborasi dengan merek secara berbeda.
Dalam hal ini, penutupan TikTok Shop oleh Menteri Perdagangan Indonesia telah menciptakan perubahan signifikan dalam perdagangan online di Indonesia. Dampaknya akan dirasakan oleh UMKM, toko-toko di TikTok, dan kreator affiliate. Namun, dengan adaptasi dan kreativitas, banyak dari mereka masih dapat menjalankan bisnis dan memanfaatkan potensi TikTok sebagai alat promosi. Sehingga penutupan TikTok Shop ini hanya menjadi pengingat bahwa industri e-commerce selalu berubah, dan yang terbaik adalah selalu siap untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Semoga artikel ini dapat membantu Anda dan dapatkan update berita terbaru seputar dunia bisnis, digital marketing, media sosial, dan tips marketing hanya di Sosiakiata Blog.
Anda tentu tidak ingin usaha marketing Anda monoton atau itu-itu saja, bukan? Makanya, yuk, konsultasikan kebutuhan marketing bisnis Anda dengan Sosiakita. Karena Sosiakita menyediakan berbagai layanan digital marketing yang berkualitas untuk meningkatkan performance bisnis Anda, seperti pembuatan website, pengembangan web, optimasi ads, optimasi SEO, hingga pembuatan campaign dan konten-konten untuk website dan sosial media bisnis Anda menjadi lebih menarik, berkualitas, dan profesional. Tunggu apalagi? Hubungi sosiakita sekarang juga dengan klik disini atau langsung menuju halam resmi kami di sini dan temukan kami di LinkedIn, Facebook, serta Instagram untuk mengetahui informasi terupdate lainnya.
0 Comments